Pada
suatu acara hajatan tetangga kebetulan salah seorang bapak muda umurnya sekitar
30 th., karyawan swasta, tetangga masih satu RT dengan saya duduk disisi kiri
saya. Dia bercerita, setelah beberapa hari membaca buku saya yang berjudul
SEMBUH SEKETIKA BUKAN MIKJIZAT ATAU KEAJAIBAN, dia terserang flu dan demam. Kemudian
dia ke dokter, setelah diukur tekanan darahnya dokter menanyakan apakah dia ada
riwayat tekanan darah rendah. Tetangga saya ini kaget, kemudian dia jelaskan
kepada dokter tadi bahwa dia penderita hypertensi/tekanan darah tinggi sebagai
penyakit keturunan menurut dokter langganan perusahaan tempat dia bekerja dan
harus rutin minum obat, tanpa boleh berhenti. Dokter yang memeriksanya jadi
bingung, kemudian mengukur ulang tekanan darahnya sampai tujuh kali, hasilnya
tetap sama, tekanan darahnya tetap rendah.
Besoknya
dia ke dokter langganan perusahaannya untuk dicek lagi tekanan darahnya, memang
tekanan darahnya sudah turun malah cenderung rendah. Dokter tadi merasa heran,
apa yang menyebabkan tekanan darahnya jadi turun. Tapi pesan dokter
langganannya ini agar dia jangan menghentikan secara drastis minum obatnya,
sebaiknya dikurangi sedikit demi sedikit.
Atas
kejadian yang dialaminya ini bapak muda ini bertanya pada saya, apakah dengan
membaca buku tadi berpengaruh pada penyakit dia. Sebelum saya menjawab
pertanyaan dia tadi, saya bertanya padanya tentang apa yang dia paham dan dia
tangkap di buku saya yang dia baca. Setelah dia jelaskan pemahamannya dan menurut
saya pemahamannya benar, kemudian saya jawab bahwa penyakit yang dideritanya
adalah penyakit nonmedis sehingga berpengaruh pada penyakitnya setelah memahami
secara benar buku saya.
Percakapan
saya dengan tetangga tadi rupanya disimak oleh tetangga saya yang lain yang
duduk di sisi kanan saya. Tetangga yang ini tetangga satu RT juga dengan saya,
seorang bapak pensiunan perusahaan swasta dan umurnya sekitar 60 th. Dia
mengaku setelah membaca dua buku saya, dia diam-diam terapkan apa yang dia
paham dari kedua buku tadi. Beberapa lama setelah itu dia cek kandungan gula
darah ke dokter langganannya, dokter tersebut heran karena kandungan gula
darahnya turun drastis mendekati normal. Tetangga yang satu ini senang karena
dia sudah divonis oleh dokter sebagai penderita penyakit diabetes keturunan
yang tidak mungkin disembuhkan. Setelah itu berbagai pantangan dalam urusan
makan tidak lagi dia hiraukan.
Tetangga
saya yang ini, salah seorang putrinya kuliah di fakultas kedokteran universitas
swasta di Jakarta. Ceritanya, setelah dia membeli buku saya yang pertama belum
selesai membacanya, putrinya meminjam buku tadi, di bawa ke kampusnya. Di
kampus teman-temannya se fakultas meminjam buku tadi, kemudian tidak
mengembalikannya ke putri teman saya dengan permintaan untuk disimpan di
perpustakaan agar mereka bisa baca bergilir. Tetangga yang teman saya tadi
mengalah terpaksa dia cari lagi buku tadi di toko buku GRAMEDIA.
JH Alifulhaq